Minggu, 22 September 2019

Cerpenku


“Cerita kursi kita”


Tema : Romance, Drama
Author : Salsa_yura (MaSoul)
Genre : Drama, Romance

Kursi besi reot dan berkarat di bawah pohon besar itu masih ada di sana. Berwana coklat di tempa angin serta beberapa bagiannya mulai berubah menjadi warna coklat dan mulai rapuh.  Anton berdiri sepuluh meter memandangi kursi itu cukup lama. Tidak, lebih tepatnya sangat lama. Jika kursi itu bernyawa dan dapat berbicara, dia pasti akan mengumpat kepada pria tinggi itu karena terlalu lama menatapnya. Jika nyata pun Anton tidak perduli dengan itu.

Lelah berdiri Anton memilih duduk direrumputan hijau taman, tidak memakai alas dan duduk bersila begitu saja tanpa memikirkan celananya yang mungkin akan kotor. Tatapan mata pria itu kosong, hampa dan serperti tidak ada tujuan, raut wajahnya pun tidak mengekspresikan apapun, tidak terlihat sedih maupun senang seperti patung yang bernyawa.

Anton melepaskan tas punggungnya membuka resletingnya. Tasnya tampak lebih berisi dibandingkan tatapan matanya, dia mengeluarkan coklat, bunga, sutar dengan amplop berwarna pink, serta beberapa lembar foto. Semua benda menunjuk kepada sesuatu romantis, seperti akan adapernyataan cinta? Mungkin Anton gugup karena akan menyatakan cinta kepada seorang wanita dimana dia bertemu di kursi besi berkarat itu?

Dari jarak yang jauh dan berlawanan dengan Anton, muncul seluet wanita bergaun pink berambut panjang bergelombang dengan tersenyum dan melambaikan tangannya. Anton bangkit dari duduknya dan membalasnya hanya dengan senyum tipisnya, ia menghela napas panjang  memulai langkahnya satu demi satu menipiskan jarak di antara keduanya. Begitupun dengan wanita itu, kaki kecilnya serta telapak kakinya yang mengenakan sepatu senada dengan warna gaunnya mulai melangkah, tidak lupa dengan senyum tulus semakin menambah kecantikannya.

Seperti drama di dalam film romantis keduanya menggapai satu sama lainnya dengan perasaan penuh cinta. Terasa indah, penuh cinta serta bahagia menyelimuti keduanya, siapapun yang belihatnya ikut merasakannya. Sampai hanya tinggal dua langkah keduanya berdekatan, Anton menghentikan langkahnya membuat wanita itu kecewa. Anton justru berbelok ke kanan menuju kursi besi reot dan lagi-lagi menatap kursi besi itu sembari menikmati hembusan angin sejuk yang hilir mudik menerbangkan rambut hitam pekatnya.

Tidak ada kata terdengar beberapa saat bahkan kalimat “Aku mencintaimu” tidak terucap di antara keduanya. Wanita itu menunduk sedih dan raut wajahnya tidak lagi tersenyum, sedangkan Anton seaakan tidak peduli dengan itu dan masih saja menatap kursi besi tersebut.

“Kau memang bukan jodohku Nadia. Kita dipisahkan oleh segalanya, tidak ada yang bisa kita perbuat selain berpisah dan mengiklaskan satu sama lainnya”

Mata wanita cantik itu berkaca-kaca, ia spontan berjongkok kemudian menenggelamkan wajahnya pada kedua lengannya yang terlipat dan menumpahkan air matanya. Mungkinkah ini sebuah penolakan?  Apakah Anton memang tidak pernah mencintai wanita cantik berhati tulus ini?

Anton tetap kukuh tidak peduli dengan wanita itu. Ia hanya meletakkan barang yang bawa serta digenggam sejak tadi kemudian meletakkannya di atas kursi besi itu.  “Selamat tinggal Nadia” kata perpisahan terucap pada bibir Anton dengan nada bergetar dan matanya kini berkaca-kaca serta wajahnya menunjukkan raut kesedihan yang mendalam. Ia berbalik kemudian berlari dengan kecepatan angin tanpa memperdulikan apapun lagi bahkan wanita yang masih menangis di belakangnya.

Angin kembali berhembus dengan lebih kencang seolah membawa keduanya terpisah semakin jauh. Namun, angin itu juga membalikkan foto bergambar mobil merah yang diletakkan rapi oleh Anton di atas kursi tadi. Bagian belakang foto tersebut memperlihatkan potongan kertas dari koran yang di tempel bertuliskan “Kecelakaan mobil menewaskan satu pengemudi wanita”, di sampingnya menampilkan foto mobil merah yang hancur tidak berbentuk.

Foto di sebelahnya menampilkan Anton mengenakan setelan jas hitam duduk di kursi besi itu bersama wanita cantik yang tersenyum dengan gaun merah mudanya serta buket bunga melati di tangannya. Angin kembali membalik foto tersebut dan telihat tulisan “Happy Wedding Anton And Andin” bersama dengan lingkaran love yang menghiasin tulisan itu.

“Selamat tinggal juga Anton” wanita yang menangis tadi tersenyum kemudian hilang seperti abu di bawa oleh hembusan angin.
Dialah Andin..



-The End-

-Thanks For Coming-

(Please write the author's name if u want to use this story)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Drama Korea

Stranger From The Hell - "Tempat Ini Adalah Neraka" Stranger From The Hell merupakan drama yang di adaptasi dari web...