“Cerita kursi kita”
Tema : Romance, Drama
Author : Salsa_yura (MaSoul)
Genre : Drama, Romance
Genre : Drama, Romance
Kursi
besi reot dan berkarat di bawah pohon besar itu masih ada di sana. Berwana
coklat di tempa angin serta beberapa bagiannya mulai berubah menjadi warna
coklat dan mulai rapuh. Anton berdiri
sepuluh meter memandangi kursi itu cukup lama. Tidak, lebih tepatnya sangat
lama. Jika kursi itu bernyawa dan dapat berbicara, dia pasti akan mengumpat
kepada pria tinggi itu karena terlalu lama menatapnya. Jika nyata pun Anton tidak
perduli dengan itu.
Lelah
berdiri Anton memilih
duduk direrumputan hijau taman, tidak memakai alas dan duduk bersila begitu
saja tanpa memikirkan
celananya yang mungkin akan kotor. Tatapan mata pria itu kosong, hampa
dan serperti tidak
ada tujuan, raut wajahnya pun tidak mengekspresikan apapun, tidak terlihat
sedih maupun senang seperti patung
yang bernyawa.
Anton
melepaskan tas punggungnya membuka resletingnya. Tasnya tampak lebih berisi
dibandingkan tatapan matanya, dia mengeluarkan coklat, bunga, sutar dengan
amplop berwarna pink, serta beberapa lembar foto. Semua benda menunjuk kepada
sesuatu romantis,
seperti akan adapernyataan
cinta? Mungkin Anton gugup karena akan menyatakan cinta kepada seorang wanita
dimana dia bertemu di kursi besi berkarat itu?
Dari
jarak yang jauh dan berlawanan dengan Anton, muncul seluet wanita bergaun pink
berambut panjang bergelombang
dengan tersenyum dan melambaikan tangannya. Anton bangkit dari duduknya
dan membalasnya hanya dengan senyum tipisnya, ia menghela napas panjang memulai langkahnya satu demi satu menipiskan
jarak di antara keduanya. Begitupun dengan wanita itu, kaki kecilnya serta
telapak kakinya yang mengenakan sepatu senada dengan warna gaunnya mulai
melangkah, tidak lupa dengan senyum tulus semakin menambah kecantikannya.
Seperti
drama di dalam film romantis keduanya menggapai satu sama lainnya dengan
perasaan penuh cinta.
Terasa indah, penuh
cinta serta bahagia menyelimuti keduanya,
siapapun yang belihatnya
ikut merasakannya. Sampai hanya tinggal dua langkah keduanya berdekatan,
Anton menghentikan langkahnya membuat wanita itu kecewa. Anton
justru berbelok ke kanan menuju kursi besi reot dan lagi-lagi menatap
kursi besi itu sembari menikmati hembusan angin sejuk yang hilir
mudik menerbangkan rambut hitam pekatnya.
Tidak
ada kata terdengar beberapa saat bahkan kalimat “Aku mencintaimu” tidak terucap di antara keduanya. Wanita itu
menunduk sedih dan raut wajahnya tidak lagi tersenyum, sedangkan Anton seaakan
tidak peduli dengan itu dan masih saja menatap kursi besi tersebut.
“Kau
memang bukan jodohku Nadia. Kita dipisahkan oleh segalanya, tidak ada yang bisa
kita perbuat selain berpisah dan mengiklaskan satu sama lainnya”
Mata
wanita cantik itu berkaca-kaca, ia spontan berjongkok kemudian menenggelamkan
wajahnya pada kedua lengannya yang terlipat dan menumpahkan air matanya. Mungkinkah ini sebuah
penolakan? Apakah Anton memang tidak pernah mencintai wanita cantik berhati tulus
ini?
Anton
tetap kukuh tidak peduli dengan wanita itu. Ia hanya meletakkan barang yang bawa serta digenggam sejak tadi kemudian
meletakkannya di atas kursi besi itu. “Selamat
tinggal Nadia” kata perpisahan terucap pada bibir Anton dengan nada bergetar
dan matanya kini berkaca-kaca serta wajahnya menunjukkan raut kesedihan yang
mendalam. Ia berbalik kemudian berlari dengan kecepatan angin tanpa
memperdulikan apapun lagi bahkan wanita yang masih menangis di belakangnya.
Angin
kembali berhembus dengan lebih kencang seolah membawa keduanya terpisah semakin jauh. Namun,
angin itu juga
membalikkan foto bergambar mobil
merah yang diletakkan rapi oleh Anton di atas kursi tadi. Bagian belakang
foto tersebut memperlihatkan potongan kertas dari koran yang di tempel
bertuliskan “Kecelakaan mobil menewaskan satu pengemudi wanita”, di sampingnya
menampilkan foto mobil merah yang hancur tidak berbentuk.
Foto
di sebelahnya menampilkan Anton mengenakan setelan jas hitam duduk di kursi
besi itu bersama wanita cantik yang tersenyum dengan gaun merah mudanya serta
buket bunga melati di tangannya. Angin kembali membalik foto tersebut dan telihat tulisan “Happy
Wedding Anton And Andin” bersama dengan lingkaran love yang menghiasin tulisan
itu.
“Selamat
tinggal juga Anton” wanita yang menangis tadi tersenyum kemudian hilang seperti
abu di bawa oleh hembusan
angin.
Dialah
Andin..
-The End-
-Thanks For Coming-
(Please write the author's name if u want to use this story)